
Jalan Tunjungan Surabaya
Masih ingatkah Dolaners akan gejolak perlawanan arek-arek Suroboyo pada tahun 1945? Dalam pergolakan berdarah ini, para pejuang berupaya merobek warna biru bendera Belanda di atap sebuah gedung di Surabaya, menyisakan warna merah dan putih yang berkibar di ketinggian. Tahukah Dolaners di titik mana di Kota Surabaya peristiwa heroik bersejarah ini terjadi? Yak, di Jalan Tunjungan. Sebenarnya seperti apa Jalan Tunjungan pada masa lampau, dan apa kabarnya sekarang? Yuk lihat sama-sama, supaya Dolaners juga tahu bisa ngapain di kawasan Tunjungan, Surabaya.
Posisinya yang berada di tengah menjadikan Jalan Tunjungan sebagai penghubung antara area pemukiman Sawahan, Ketabang, Darmo, dan Gubeng dengan area perdagangan Jembatan Merah. Dahulunya, segitiga emas Tunjungan, yang mencakup Jalan Embong Malang, Blauran, dan Praban, dikenal sebagai pusat bermacam-macam barang. Jalan Blauran terkenal dengan toko-toko emasnya, Jalan Praban terkenal dengan industri sepatunya, sementara Embong Malang terkenal dengan industri bisnis kreatif seperti biro iklan. Apapun yang dicari, pasti bisa ditemukan di segitiga emas ini. Memang, keberadaan toko elektronik, pusat perbelanjaan, serta perbankan sendiri sudah menandai bahwa Jalan Tunjungan merupakan kawasan komersial.
Status sebagai kawasan komersial ini bahkan telah disandangnya sejak awal abad ke-20-an. Sejak masa ini, Jalan Tunjungan sudah memiliki toko agen penjual mobil, restoran, toko serba ada, dan lain-lain. Bangunan-bangunan ini sebagian sudah dirobohkan kemudian diganti dengan gedung dan fungsi baru, sebagian lain masih digunakan dan dirawat hingga kini. Misalnya, gedung Siola yang dibangun pada tahun 1920-an dengan nama Whiteaway Laidlaw. Semula gedung ini adalah toko serba ada milik seorang konglomerat Inggris yang kemudian diambil aleh oleh Jepang dan diganti nama menjadi Toko Chiyoda pada tahun 1940. Sekitar tujuh tahun silam, gedung pusat perbelanjaan ini sempat terkenal dengan nama Tunjungan City, tapi kini lebih dikenal sebagai gedung Siola yang merupakan akronim dari para pendirinya, yaitu Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Aang. Fungsi gedung Siola inipun bukan lagi sebagai pertokoan sekarang, tetapi sebagai mall perijinan yang pertama ada di Indonesia. Landmark Jalan Tunjungan lain yang fenomenal hingga hari ini ada Hotel Tunjungan, Hotel Majapahit, dan Tunjungan Plaza.
Sekarang, ada sekitar 70 bangunan sepanjang Jalan Tunjungan. Sementara itu, Pemkot Surabaya berencana menjadikan Jalan Tunjungan sebagai destinasi jalan-jalan anak muda dengan deretan kafe dan hiburan di kanan kiri jalan. Melalui revitalisasi, khususnya kawasan segitiga emas-nya, Jalan Tunjungan direncanakan akan menjadi public center masyarakat Surabaya sekali lagi.