Napak Tilas ke 6 Candi yang Hits di Yogyakarta

Siapa bilang dolan ke area candi bakal jadi ngebosenin? Situs-situs kuno yang bisa ditemukan di banyak tempat di Yogyakarta ini kembali menarik bagi generasi zaman now. Selain bangunannya yang klasik, lokasi candi yang istimewa seringkali menghadirkan pemandangan alam yang sulit untuk diabaikan. Masih belum percaya? Yuk lihat enam candi yang kembali hits saat ini.

1. Candi Barong

Nama Barong disematkan pada candi di perbukitan Batur Agung Yogyakarta ini oleh warga setempat karena ada hiasan kala yang tampak seperti singa atau barong di setiap sisi badan candi. Aslinya, Candi Hindu ini bernama Candi Sari Suragedug sesuai Prasasti Ratu Baka tahun 856 M. Diperkirakan Candi Barong dibangun pada abad ke-9 atau 10 Masehi, dan ditemukan kembali oleh Belanda pada tahun 1913 dalam keadaan reruntuhan.

Pemugaran Candi Barong, yang strukturnya berupa punden berundak, dimulai pada tahun 1987. Kini, bila Dolaners dolan ke kawasan Candi Barong, suasananya sudah jauh berbeda. Struktur halaman, teras-teras, bahkan dua candi dengan ketinggian delapan hingga sembilan meter lebih, semuanya sudah tertata rapi. Lokasinya yang berada di perbukitan semakin membuat Candi Barong tampak begitu tinggi dan agung. Tapi konsekuensinya, untuk sampai di area candi, Dolaners harus siap melalui rute yang cukup menanjak.

2. Ratu Boko

Mumpung masih di sekitar Candi Barong, Dolaners bisa lanjutkan acara jalan-jalan dengan sekalian ke Bukit Boko. Di puncak Bukit Boko ada reruntuhan bangunan yang sebagian sudah dipugar, ada yang menyebutnya candi, ada pula yang menyebutnya istana. Karena lokasinya yang berupa dataran tinggi, Dolaners harus siap jalan kaki di tanjakan, ya.

Tapi jerih payah mendaki yang membuat otot kaki berdenyut-denyut ini akan terbayar dengan pemandangan Ratu Boko yang terhampar luas. Kompleks ini awalnya adalah sebuah wihara Budha yang kemudian dialihfungsikan sebagai keraton raja Hindu, maka Dolaners bisa mendapati ciri Budha dan Hindu di sini seperti stupa dan yoni. Di dalam kompleks Ratu Boko memang terdapat Candi Batukapur, Candi Pembakaran, serta candi-candi kecil pemujaan. Tak hanya melihat seluk beluk Ratu Boko, di sini Dolaners bisa melihat puncak Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan tampak pula puncak Merapi. Jangan lewatkan pemandangan sunset di dataran tinggi yang eksotis ini.

3. Prambanan

Sudah melihat puncak Candi Prambanan dari kompleks Ratu Boko? Sekarang saatnya menuju lokasi yang tak kalah eksotisnya ini. Sama seperti Ratu Boko, Prambanan adalah kompleks candi yang cukup luas. Saking luasnya, sebagian area berada dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagian lagi berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Prambanan adalah kompleks candi Hindu, yang sering disebut juga Candi Roro Jonggrang. Menurut legenda, Roro Jonggrang adalah putri Prabu Boko yang jangkung, atau jonggrang. Candi Prambanan sendiri memahat cerita Ramayana dan Kresna Dwipayana, berbeda jauh dari legenda yang disampaikan dari mulut ke mulut. Perbedaan lain tampak pada bilik candi induk, di mana terdapat arca Durga, istri Dewa Shiwa, yang diyakini sebagai patung Roro Jonggang yang telah dikutuk menjadi batu oleh Bandung Bondowoso. Terlepas dari legendanya, kompleks Prambanan sarat akan lambang-lambang candi Hindu, seperti Candi Shiwa, Candi Wisnu, Candi Brahma, Candi Garuda, Candi Nandi, Candi Angsa, Arca Ganesha, Arca Agastya, dan lain-lain . Bila halaman tengah adalah lokasi tersakral bagi pemeluk Hindu, di halaman depan Prambanan terdapat sebuah panggung untuk pertunjukan sendratari Ramayana.

4. Candi Kalasan

Dari Candi Prambanan, Dolaners lanjutkan perjalanan ke arah selatan. Tak sampai empat kilometer dari Prambanan, Dolaners bisa sampai di Candi Kalasan. Lokasinya dekat dengan perumahan penduduk dan berbatasan dengan Jalan Raya Yogyakarta – Solo.

Sesuai prasastinya, Candi Kalasan dikenal juga dengan nama Candi Kalibening, yang sekarang menjadi desa di mana candi ini berada. Bangunan setinggi 34 meter ini dibangun pada tahun 778 Masehi, konon sebagai hadiah pernikahan raja pada permaisyurinya yang berbeda agama. Bahkan pada zamannya, ukiran yang dipahat pada dinding Candi Kalasan sudah sangat halus, dengan hiasan kepala naga di kaki candi, motif kumuda berupa daun kalpataru yang menjulur keluar dari jambangan bulat, pahatan kala, arca dewa, dan lain-lain. Seluruh detail ukiran ini terlapisi Vajralepa, sejenis semen kuno yang berfungsi untuk memperhalus ukiran dan melindunginya dari jamur ataupun lumut. Hingga kini, candi yang telah dipugar dua kali oleh Belanda ini, masih menjadi tempat pemujaan bagi penganut Buddha Tantrayana.

5. Sambisari

Candi ini dulunya terpendam dalam lapisan lahar Gunung Merapi setebal 6,5 meter pada erupsi tahun 1906, dan ditemukan tanpa sengaja oleh warga setempat saat sedang mencangkul pada tahun 1966. Sesuai lokasinya, candi ini diberi nama Candi Sambisari.

Sambisari dan Prambanan memiliki pola pemetaan kompleks yang sama, karena sama-sama candi Hindu Shiwa. Bedanya, Prambanan lebih megah karena merupakan candi kerajaan, sementara Sambisari lebih sederhana. Sama seperti Prambanan, kompleks Sambisari memiliki tiga candi utama dan tiga candi perwara. Selain pahatan bunga-bunga dan sulur-sulur yang sangat halus, Sambisari juga menyimpan lambang-lambang Hindu seperti lingga, yoni, Sywaduta, Arca Agastya, Arca Ganesha, Arca Durga, Lembu Nandi, dan tentunya, Arca Shiwa. Mirip sekali dengan Prambanan, bukan?

6. Candi Ijo

Akhir-akhir ini Candi Ijo cukup hits dikalangan generasi milenial. Alih-alih karena candinya, pemandangan matahari terbenam yang bisa dinikmati di sekitar Candi Ijo menjadi daya tarik bagi generasi zaman now ini.

Candi Ijo memang berada di puncak bukit, Gumuk Ijo. Dari ketinggian seperti ini, tentu pemandangan sekitar bukit akan tampak terhampar luas. Tapi, kalaupun niat awalnya berburu sunset di kompleks Candi Ijo, pada akhirnya tetap saja Dolaners akan mengagumi hasil karya kebudayaan megalitikum ini. Ciri khas punden berundak kebudayaan megalitikum tampak pada 11 teras berundaknya yang menopang 17 struktur bangunan. Halaman paling sakral berada di teras ke-11 yang merupakan halaman belakang, di mana terdapat delapan lingga patok, tiga candi perwara, dan satu candi utama. Keberadaan lingga-yoni di dalam candi menunjukkan tempat ini adalah pemujaan Dewa Shiwa. Bila mengamati bangunan di tiap terasnya, bisa-bisa Dolaners melupakan sunset, deh.

Dolan ke bangunan kuno seperti candi takkan jadi acara yang membosankan kalau Dolaners tertarik dengan cerita atau legendanya, atau bahkan berminat pada struktur bangunannya. Terpikirkah bagaimana kebudayaan orang zaman old sanggup menciptakan bangunan serumit ini? Kepo sama sejarah bangsa sendiri adalah hal yang baik, bukan?